Keluarga saya pecinta telur dadar. Saking cintanya, keponakan saya, Ellan, putra semata wayang kakak perempuan saya, bahkan bisa setiap hari makan nasi berlauk telur dadar saja. Yep, setiap hari. Bahkan jika traveling ke manapun, ketika makanan yang dia suka tidak ada, maka kakak saya cukup menggoreng telur dadar, plus nasi putih hangat, dia bisa makan dengan lahap. Mungkin kecintaan kami ini karena sejak kecil telur dadar adalah lauk desperate yang bisa dibuat oleh Ibu saya. Sebutir telur harganya cukup terjangkau, hanya perlu sedikit minyak goreng, dan dalam sekejap tersedia lauk yang disukai semua umat. Well, mungkin tidak semua umat, tapi semua keluarga saya, suka. 😀