Saya agak terlambat mengenal Cesar Millan, si the Dog Whisperer, yang super terkenal. Acaranya booming bertahun nan lampau, tapi saya baru menontonnya di You Tube kira-kira tiga tahun belakangan ini. Banyak serialnya bertebaran, dan saya super kagum dibuatnya. Sejak menonton aneka videonya bagaimana meng-handle anjing yang super galak sekalipun, kepercayaan diri saya seakan meningkat walau hanya di belakang layar laptop. Terus-terang, saya sangat takut dengan anjing. Pengalaman saya berhadapan dengan makhluk berkaki empat yang satu ini agak-agak tidak mengenakkan. Dulu, waktu masih di SD dan sedang belajar sepeda, saya pernah dikejar anjing dan kejadian tersebut masih membekas hingga kini.
Saat itu kejadiannya sekitar pukul setengah enam pagi, waktu yang pas untuk belajar naik sepeda di jalan raya di depan rumah. Weekend di pagi hari, suasana jalan raya Paron masih sepi dari kendaraan berlalu-lalang. Saya menyeret sepeda mini tua ke arah stasiun yang berjarak kira-kira satu kilometer dari rumah. Kala sedang tertatih-tatih antara mengayuh pedal dan berjalan dengan dua kaki di atas sepeda, seekor anjing tiba-tiba lari ke jalan dari salah satu rumah penduduk. Jenis anjing kampung, kurus dan tinggi, bukan jenis lucu macam poodle. Gerakannya agresif, tatapan matanya tajam dan serius. Awalnya saya hanya terdiam di atas sepeda, menunggu anjing itu mengalihkan perhatian. Tapi ketika si doggy justru berlari mendekat sambil menyalak heboh, saya kabur melarikan diri. Bukan dengan sepeda, melainkan dengan dua kaki. Sepeda saya geletakkan begitu saja di aspal, dan saya lari tunggang-langgang menyelamatkan diri. Untungnya anjing tersebut kehilangan minat mengejar hingga finish, dan kembali ke rumahnya. Ketika kondisi sudah kondusif, dengan tubuh gemetaran saya kembali ke TKP, pelan-pelan menarik sepeda dan membawanya kabur pulang. Musnah sudah skenario belajar sepeda hari itu.