Saya tak punya mobil, tak ada kemampuan juga untuk menyetirnya. Beberapa kali kakak dan Ibu menyuruh saya untuk mengambil kursus menyetir, beberapa kali juga Ibu saya berkata, "Di keluarga ini hanya Endang yang tidak bisa menyetir mobil." Uh seakan Ibu saya bisa menyetir mobil saja, paling banter juga sepeda tanpa motor alias sepeda onthel. At least saya begini-begini masih bisa menyetir sepeda motor, bahkan dulu ketika kuliah di Jogya sempat melanglang buana hingga Bantul, Magelang, Kopeng, Kaliurang, Prambanan, dengan motor. Sejak tinggal di Jakarta, tanpa sepeda motor, ngeri hendak menunggangi motor beroda dua di belantara ibukota yang lalu lintasnya gahar, SIM saya pun akhirnya expired dan saya enggan memperpanjangnya. Padahal motor jika hanya dipakai sekeliling komplek area rumah, lumayan juga bisa mengantarkan diri kemana-mana tanpa capek kudu menunggu angkutan umum, atau merogoh kocek membayar taksi. Apalagi kondisi pandemi ini sepertinya semua orang ingin menyetir kendaraannya sendiri, enggan berdesak-desakan didalam angkutan umum. Entah itu dengan mobil, motor atau sepeda, kendaraan yang terakhir ini saya lihat fenomenanya semakin menggeliat. Semakin banyak orang kantoran mengayuh sepeda ke kantor. Sayangnya, tidak diimbangi dengan aspek keamanan yang layak.