Kondisi pandemi seperti ini membuat saya menyadari satu hal penting yang seharusnya sejak dulu diasah, yaitu skill DIY urusan pertukangan. Saya akui diri ini sebenarnya cukup mampu melakukan pekerjaan DIY sederhana untuk hal remeh-temeh rumah tangga, misal mengganti kran air yang rusak, mengganti colokan listrik yang konslet, tapi ketika genting rumah bocor, tetesan airnya merembes memasuki plafon, menetes ke bawah dan bahkan akhirnya menjebol plafon dua kamar sekaligus, saya hanya dibuat bengong, bingung hendak melakukan apa. Tukang bangunan adalah skill mahal dan ekslusif, jangan remehkan profesi ini karena terlihat berpanas-panasan, berkotor-kotoran dan kerja otot. Swear, saat ini saya sungguh ingin bisa memiliki basic skill bertukang bangunan! Andai saja saat renovasi rumah Pete sekitar lima tahun yang lalu - dimana tukang segambreng-gambreng banyaknya bekerja setiap hari di rumah, atau ketika Paklik saya yang skill menukangnya jago sering datang memperbaiki kerusakan rumah - saya berikan perhatian ekstra, atau minta diajari lima hingga sepuluh hal memperbaiki kerusakan rumah yang bisa dikerjakan sendiri tanpa memanggil tukang saya lakukan, maka saya bisa survive dijaman pandemi ini dimana memasukkan orang asing ke rumah tidak bisa dilakukan.