elecehan seksual, satu topik sensitif yang sering membuat kita terjengit kala mendengarnya, enggan mendiskusikannya, pura-pura tak tahu atau tak mau tahu ketika kejadian itu terjadi disekitar kita. Wanita, rentan menjadi korban pelecehan seksual, walau kemungkinan terjadi juga pada pria hanya jarang diberitakan. Kian hari kian banyak berita mengenai pelecehan seksual terjadi, bentuknya pun bermacam-macam. Mulai dari hanya sekedar memandang dari atas ke bawah dan bawah ke langit, secara verbal, hingga menyentuh secara fisik atau bahkan lebih dari itu. Dimanapun, dinegara manapun pelecehan seksual selalu ada. Saya akui saya sendiri pernah mengalami pelecehan seksual beberapa kali, terutama ketika masih sekolah. Saat itu saya masih terlalu bodoh, terlalu malu dan terlalu tak berdaya untuk fight back ke pelaku pelecehan dan membiarkan begitu saja pergi, berlalu dan berusaha melupakannya. Tapi sejujurnya didalam hati relung terdalam kejadian itu tak pernah bisa dilupakan, menggores kuat hingga setelah puluhan tahun berlalu kejadian tersebut masih saya ingat dengan detail seakan masih fresh baru saja terjadi. Percayalah, 'seringan' apapun bentuk pelecehan tersebut (walau tidak ada satu bentuk pun pelecehan seksual yang bisa dianggap ringan), secara psikologis sangat berat bagi korban.
di sekolah, saat saya masih duduk di SMP, ada satu anak tengil yang suka menarik tali bra teman perempuah sekelasnya. Entah apa yang ada didalam kepala bocah ini, seakan menarik tali bra adalah hobi paling mengasyikkan yang baru dia temukan ketika tahu anak perempuan ternyata mengenakan pakaian dalam yang berbeda dengan laki-laki. Setiap kali dia beraksi akan terdengar jeritan suara korban, ada yang kemudian berteriak kesal, komplain berat, ngamuk-ngamuk, dan yep hanya sebatas itu saja, dan bocah ini akan berlalu sambil tertawa cengengesan penuh kemenangan. Saya benci melihat tingkah lakunya.
Usia belasan tahun kala remaja adalah usia transisi dari anak-anak menjadi manusia dewasa, usia yang sangat complicated, dan bagi anak perempuan usia ini juga dimana organ reproduksi mulai menunjukkan pertumbuhan dan perubahan. Urusan organ tubuh yang mulai menunjukkan perbedaan dan siklus menstruasi bulanan adalah topik memalukan yang jarang didiskusikan, itu bagi saya, entah dengan teman lainnya. Apesnya, kedua orang tua saya adalah sosok-sosok kuno yang tidak menjelaskan dan tidak mempersiapkan mengenai pendidikan seksual ke anak-anak perempuannya sejak dini. Ibu saya tidak pernah menjelaskan mengenai siklus reproduksi bulanan dan bagaimana menghadapinya. Saya menjalaninya sendiri, menebak-nebak sendiri, bertanya ke teman perempuan lainnya, dan menganggap hal tersebut memalukan untuk dibicarakan. Sialnya waktu itu tidak ada internet yang bisa menjelaskan semua ingin tahu dan pertanyaan besar dikepala saya.
i kantor yang diisi dengan manusia-manusia berpendidikan dan rata-rata melek mengenai etika, pelecehan seksual pun terjadi termasuk di kantor tempat saya bekerja. Beberapa waktu belakangan ini kami diresahkan dengan sikap satu makhluk arogan.
di sekolah, saat saya masih duduk di SMP, ada satu anak tengil yang suka menarik tali bra teman perempuah sekelasnya. Entah apa yang ada didalam kepala bocah ini, seakan menarik tali bra adalah hobi paling mengasyikkan yang baru dia temukan ketika tahu anak perempuan ternyata mengenakan pakaian dalam yang berbeda dengan laki-laki. Setiap kali dia beraksi akan terdengar jeritan suara korban, ada yang kemudian berteriak kesal, komplain berat, ngamuk-ngamuk, dan yep hanya sebatas itu saja, dan bocah ini akan berlalu sambil tertawa cengengesan penuh kemenangan. Saya benci melihat tingkah lakunya.
Usia belasan tahun kala remaja adalah usia transisi dari anak-anak menjadi manusia dewasa, usia yang sangat complicated, dan bagi anak perempuan usia ini juga dimana organ reproduksi mulai menunjukkan pertumbuhan dan perubahan. Urusan organ tubuh yang mulai menunjukkan perbedaan dan siklus menstruasi bulanan adalah topik memalukan yang jarang didiskusikan, itu bagi saya, entah dengan teman lainnya. Apesnya, kedua orang tua saya adalah sosok-sosok kuno yang tidak menjelaskan dan tidak mempersiapkan mengenai pendidikan seksual ke anak-anak perempuannya sejak dini. Ibu saya tidak pernah menjelaskan mengenai siklus reproduksi bulanan dan bagaimana menghadapinya. Saya menjalaninya sendiri, menebak-nebak sendiri, bertanya ke teman perempuan lainnya, dan menganggap hal tersebut memalukan untuk dibicarakan. Sialnya waktu itu tidak ada internet yang bisa menjelaskan semua ingin tahu dan pertanyaan besar dikepala saya.
i kantor yang diisi dengan manusia-manusia berpendidikan dan rata-rata melek mengenai etika, pelecehan seksual pun terjadi termasuk di kantor tempat saya bekerja. Beberapa waktu belakangan ini kami diresahkan dengan sikap satu makhluk arogan.